Dalam upaya mewujudkan visinya “Menjadi Perusahaan Agrokimia Dan Petrokimia Kelas Dunia Yang Berdaya Saing Tinggi Dan Berkelanjutan Serta Berkontribusi Terhadap Ketahanan Pangan Nasional Dan Kebutuhan Dunia” PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui anak-anak usahanya sepeerti PT Pupuk Iskandar Muda terus melakukan inovasi untuk menemukan produk alternatif untuk meningkatkan produktifitas tanaman dan kesejahteraan petani. Salah satu produk yang sedang dikembangkan oleh Pupuk Indonesia adalah pupuk coating mikroba. PIM sebagai perpanjangan tangan Pupuk Indonesia telah melaksanakan uji efektifitas pupuk coating mikroba pada tanaman kopi di daerah Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Kopi Gayo merupakan salah satu produk andalan Aceh yang merupakan komoditas ekspor sehingga ujicoba fase vegetatif diharapkan dapat meningkatkan produktifitas tanaman kopi. Untuk tahap awal ujicoba telah dilaksanakan pada fase vegetatif dan saat ini dalam proses tahap lanjutan untuk fase generatif dan telah memasuki tahapan panen perdana. Tujuan dari uji efektifitas ini adalah untuk mendapatkan data performa pupuk, memperoleh formula pupuk terbaik serta mendapatkan dosis pupuk yang optimal terhadap kualitas dan mutu biji kopi.
Pupuk Coating Mikroba merupakan pupuk NPK yang dilapisi oleh mikroba untuk menciptakan stabilitas efisiensi pupuk yang lebih baik. Selain itu mikroba memainkan peranan penting dalam mengubah nutrisi dalam tanah, melindungi tanaman, membantu memperbaiki struktur tanah serta meningkatkan pertumbuhan.
Uji efektifitas ini dilakukan pada tanaman kopi jenis Arabica varietas Ateng 3 (tiga) dengan luas lahan ±1.000 m2 di Desa Balee Redelong, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Setelah dilakukan pengaplikasian pupuk coating mikroba dan pengamatan vegetatif selama ±1 (satu) tahun, tepat pada tanggal 06 Oktober 2020 dilakukan panen tahap pertama yang dilanjutkan dengan pengamatan generatif terhadap hasil produksi. Proses pengamatan akan terus dilakukan selama 1 (satu) tahun masa panen, dikarenakan tingkat kematangan buah kopi tidak terjadi secara serentak. Sehingga proses pemanenan memerlukan waktu yang lama. Periode panen raya berlangsung 4 – 5 bulan dengan frekuensi pemetikan buah kopi setiap 10 – 14 hari sekali. Ciri-ciri buah kopi yang telah matang dilihat dari warna kulitnya. Buah kopi yang paling baik untuk dipanen adalah yang telah matang penuh, berwarna merah. Buah kopi tidak dipanen secara serentak, proses pemetikan dilakukan secara bertahap. Pada panen tahap pertama yang lalu, pemetikan dilakukan secara selektif, dimana pemetikan hanya dilakukan pada buah yang telah berwarna merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk pemetikan selanjutnya.
Parameter yang akan diamati terhadap hasil panen yaitu total produksi per tanaman, ukuran biji, kadar air dalam biji kopi, trase atau persentase biji cacat, serta uji organoleptic/test cup. Dari hasil pengamatan awal, dalam satu ranting utama dihasilkan 150 – 200 buah kopi dengan ukuran lebih besar dari kopi pada umumnya.
Untuk menjaga produktifitas tanaman, petani setempat mengatakan pemetikan harus dilakukan dengan cara yang benar. Cabut buah secara vertikal agar tidak merusak tangkai buah, sehingga akan tumbuh kembali buah pada tangkai tersebut. Memetik buah kopi dengan cara merampas tidak dianjurkan karena bisa merusak tangkai. Selain itu dalam pemeliharaan tanaman, perlu diperhatikan penggunaan herbisida untuk menghilangkan gulma di sepanjang tanaman kopi karena penggunaan herbisida akan menyebabkan biji kopi yang dihasilkan akan mengandung glifosat dimana kandungan glifosat menjadi salah satu parameter utama kualitas biji kopi yang dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor terutama negara uni eropa.