Technology & HSE

Pelajaran dari Beirut (Part 1)

Oleh : Andryan Pradipta Putra, ST

PT Pupuk Kujang

 

Image courtesy Iran’s Mehr News (CC BY 4.0)

 

Tanggal 4 agustus 2020 pukul 18:08 waktu Lebanon (atau pukul 22:08 WIB), Beirut ibukota Lebanon diguncang ledakan yang dahsyat. Dimana ledakan itu sendiri dilaporkan memakan korban sebanyak 178 orang meninggal dunia dan 6000 orang terluka (skynews, 15 agustus 2020). Korban tercatat datang dari berbagai negara mulai dari warga negara Jerman, Filipina, Bangladesh dan Suriah. Sementara terdapat 1 warga negara dari Indonesia menjadi korban terluka akibat ledakan tersebut.

Seberapa hebat ledakan tersebut?

Ledakan yang terjadi cukup hebat dimana diawali oleh adanya kebakaran di pelabuhan yang dilaporkan mulai terjadi pada pukul 17:40 waktu setempat. Menyusul setelah itu terjadi ledakan dua kali dimana hingga terbentuk asap jamur merah (mushroom red plume) dan menghasilkan goncangan setara 3.3 SR (atau setara 1/3 kekuatan gempa tsunami aceh 2004). Efek ledakan itu sendiri terdengar hingga negara Cyprus. Sebuah negara pulau kecil di sebelah barat lebanon sejauh 240 km (setara jarak kurang lebih Jakarta-Babakan daerah cirebon perbatasan antara Jawa
Barat dan Jawa Tengah). Ledakan juga menghasilkan kawah (crater) sebesar 124 m diameter dan kedalaman 43 m. Cukup besar dimana diameter hampir setara dengan panjang lapangan sepak bola. Secara ekonomi, ledakan ini juga menghancurkan pemukiman warga dimana pemukiman dalam radius 10 km dari titik ledakan terdampak. Selain itu, persediaan pangan sebanyak 15000 ton untuk kebutuhan kota hampir dalam sebulan juga rusak.

Penyebab ledakan

Ledakan dihubungkan dengan adanya Ammonium Nitrat sebanyak 2750 ton yang tersimpan di pelabuhan tersebut. Dimana Ammonium Nitrat tersebut berasal dari sebuah kapal bernama MV Rhosus yang berlayar dari Georgia ke Mozambik Afrika yang mana pada tahun 2013 singgah di Beirut Lebanon. Sedianya Ammonium Nitrat tersebut diantarkan untuk kebutuhan industri peledak di Mozambik. Namun pada kenyataannya, barang tersebut tidak pernah sampai karena masalah finansial, dan Ammonium Nitrat sebanyak 2750 ton tersebut diturunkan dari kapal dan disimpan di pelabuhan Beirut pada Oktober 2015. Dengan kondisi penyimpanan yang tidak proper dan usia penyimpanan mencapai lebih dari 4 tahun, wajar jika pertanyaan muncul apakah kondisi gudang dan Ammonium Nitrat itu sendiri dimaintain dengan baik untuk mencegah timbulnya kejadian bahaya semacam ledakan ini?

Sekilas Bahaya Ammonium Nitrat

Ammonium Nitrat sendiri merupakan sebuah bahan kimia jenis garam hasil reaksi antara ammonia dan asam nitrat. Bahan ini merupakan oksidator yang sangat kuat dimana digolongkan oleh United Nations Economic and Social Council dalam kelas 5.1 oxidizer. Maksud oksidator yang kuat adalah bahan ini dapat menerima elektron atau menyumbang oksigen sehingga membuat sebuah pembakaran akan lebih kuat efeknya. Disini dapat dikatakan Ammonium Nitrat sendiri tidak menimbulkan ledakan, hal ini dapat dilihat pada penyimpanan di Pelabuhan Beirut tersebut selama 4 tahun, tidak terjadi hal apapun dan aman. Namun, apabila ada api dan bertemu
Ammonium Nitrat maka Ammonium Nitrat dapat membuat api tersebut menjadi sebuah ledakan yang hebat.

Hal inilah yang masih diinvestigasi oleh Pemerintah Lebanon dari mana asal muasal api yang mengakibatkan ledakan tersebut. Informasi sementara yang didapat diperoleh dari keterangan General Manager pelabuhan yang mengatakan bahwa terdapat pekerjaan pengelasan di warehouse 12 yang berisi 30–40 bag kembang api. Yang mana pekerjaan tersebut meninggalkan api, sementara warehouse tersebut berdekatan dengan penyimpanan Ammonium Nitrat.